RSS

Berkenalan lebih dekat dengan Indeks Glikemiks Pangan



Sebelumnya mizzdiet sudah pernah membahas tentang karbohidrat, sekarang mizzdiet mau membahas tentang indeks glikemik yang secara langsung berhubungan dengan karbohidrat. Yuuuu...langsung dibaca...

Indeks glikemik (IG) memberi petunjuk kepada efek faali makanan (pangan) pada kadar gula darah dan respon insulin. Indeks glikemik memberikan cara yang lebih mudah dan efektif untuk mengendalikan fluktuasi kada gula (glukosa) darah. Dengan mengenal karbohidrat berdasarkan efeknya terhadap kadar gula ddan dan respon insulin, yaitu karbohidrat menurut IG-nya, kita dapat memilih jumlah dan jenis karbohidrat (pangan) yang tepat untuk meningkatkan dan menjaga kesehatan.
Indeks glikemik adalah tingkatan pangan menurut efeknya terhadap kada gula darah. Pangan yang menaikkan kadar gula darah dengan cepat memiliki IG tinggi. Sebaliknya, pangan yang menaikkan kadar gula darah dengan lambat memiliki IG rendah. IG memberikan “cerita yang benar” mengenai karbohidrat dan kaitannya dengan kadar gula darah.
IG membolehkan penderita diabetes memilih jenis karbohidrat yang tepat untuk mengendalikan gula darahnya. Dengan mengetahui IG pangan, penderita diabetes dapat meilih makanan yang tidak menaikkan gula adarah secara dratis sehingga kadar gula darah dapat terkontrol pada tingkat yang aman.

BAGAIMANA KARBOHIDRAT BEKERJA ?

Darah mempertahankan kadar glukosa pada taraf tertentu untuk fungsi otak dan sistem saraf pusat. Jaringan ini tidak dapat berfungsi baik tanpa glukosa. Untuk menjamin suplai glukosa terus-menerus, tubuh menyimpan cadangan glukosa di hati dan otot dalam bentuk glikogen. Bila tubuh telah menggunakan cadangan glukosa ini maka tubuh akan memecah protein otot untuk mensintesis glukosa. Konsumsai karbohidrat yang rendah akan membuat kehilangan jaringan otot, bukan lemak dan air. Konsumsi karbohdirat yang rendah tidak banyak membantu menurunkan berat badan tubuh karena simpanan lemak dlaam tubuh tidak bisa dipecah menjadi glukosa. Anjurannya, kita harus memenuhi kebutuhan energi sebanyak 50-60% dari karbohidrat.
Secara luas diyakini bahwa karbohidrat kompleks misalanya beras dan kentang, dicerna dan diserap dengan lambat sehingga menyebabkan sedikit peningkatakan kadar gula darah. Di sisi lain, karbohidrat sederhanan dianggap dicerna dan diserap dengan cepat sehingga menyebabkan peningkatan kadar gula darah yang cepat dan besar. Anggapan ini  salah. Kejutan pertama adalah banyak pangan karbohidrat seperti roti, kentang dan berbagai jenis beras yang bila dicerna dan diserap sangat cepat. Kedua, pangan bergula tinggi seperti permen dan ice cream dalah jumlah sedang tidak meningkatkan kadar gula darah secara drastis.
Karbohidrat dalam pangan yabng dipecah dengan cepat selama pencernaan memiliki IG tinggi. Respon gula darah terhadap jenis pangan (karbohidrat) ini cepat dan tinggi. Dengan kata lain, glukosa dalam aliran darah meningkat dengan cepat. Sebaliknya, karbohidrat yang dipecah dengan lambat memiliki IG rendah sehingga melepaskan glukosa dalah darah dengan lambat. Indeks glikemik glukosa murni ditetapkan 100 dan digunakan sebagai acuan untuk menentukan IG pangan lain
Indeks glikemik pangan campuran berada diantara IG pangan tertinggi dan IG pangan terendah diantara komponen penyusun pangan tersebut. Oleh karena itu, membuat menu makanan lebih bervariasi juga menurunkan IG pangan keseluruhan.
Kecepatan peningkatan kadar gula darah berbedda untuk setiap jenis pangan. Maka dar itu dianjurkan untuk meningkatkan konsumsi pangan dengan IG rendah dan mengurangi konsumsi pangan dengan IG tinggi. Tujunannya adalah untuk mengurangi beban glikemik pangan secara keseluruhan. Beban glikemik bertujuan utnuk menilai dampak konsumsi karbohdirat dengan memperhitungkan IG pangan. Beban glikemik memberikan informasi yang lebih lengkap mengenai pengaruh konsumsi pangan aktual terhadap peningkatan kadar gula darah.
Indeks glikemis hanyan memberikan informasi mengenai kecepatan perubahan karbohidrat menjadi gula darah. IG tidak memberikan informasi mengenai banyaknya karbohidrat dabn dampak pangan tertentu terhadap kadar gula darah.
Kandungan karbohidrat berbeda dari pangan yang satu ke pangan lain. Kelemahan IG tampak bila membandingkan kandungan karbohidrat pada pangan yang berbeda. Sebagai contoh, IG kentang panggang adalah 121 (IG tinggi). Dengan demikian, menjadikan kentang sebagai pangan harus dihindari. Demikian juga wortel, pangan ini termasuk kategori pangan tinggi IG (IG=131). Namun, tidak bijaksana menganjurkan orang untuk menjauhi wortel dan tidak mungkin orang mampu mengonsumsi 50 gr karbohidrat dari wortel dalam sekali makan.

CARA MENGHITUNG INDEKS GLIKEMIK

Beban glikemik didefinisikan sebagai IG pangan dikalikan dengan kandungan karbohidrat pangan tersebut, beban glikemik menggambarkan kualitas dan kuantitas karbohidrat dan interaksinya dalam pangan.
BG   = IG x CHO..............(*)
Keterangan :
BG      : Beban Glikemik
IG        : Indeks Glikemik (%)
CHO   : Kandungan karbohidrat pangan
Dari persamaan (*) terlihat bahwa BG berbanding lurus dengan kandungan karbohidrat. Artinya, makin tinggi kandungan karbohidrat makin besar BG pangan untuk IG yang sama. Setiap untu BG pangan mewakili 1 g karbohidrat dari pangan acuan (misal roti tawar). Sebagai contoh, BG dari ½ mangkok wortel (kandungan karbohidrat 8 gr) adalah 8 x 131% atau 10,48.

BEBERAPA HAL PENTING TENTANG INDEKS GLIKEMIK

Apakah gula menyebabkan diabetes? atau, apakaha gula semanis yang orang kira? Pada tingkat konsumsi normal, gula tidak menyebabkan diabetes. Berikut beberapa hal yang perlu diketahui atau sering ditanyakan berkaitan dengan IG pangan.

1.      Apakah lebih baik mengonsumsi karbohidrat komplek daripada kabohidrat sederhana?

Dalam konteks IG, tidak ada perbedaan yang mencolokj antara karbohidrat komplek dan sederhana. Beberapa gbula sederhana, seperti fruktosa memiliki IG rendah.
Karbohidrat kompleks (pati) ada yang memiliki IG rendah dan ada pula yang tinggi, tergantung jenis dan cara pengolahannya. Roti, kentang atau pati yang mengalami penggilingan hingga halus memiliki IG tinggi. Sementara biji-bijian terutama yang masih utuh memiliki IG sedang atau rendah.
Oleh karena itu, kita tidak perlu menghindari gula. Hal yang sama juga berlaku untuk lemak, lemak dalam jumlah tertentu sangat dibutuhksn oleh tubuh. Namun lemak dan gula cenderung menunjukkan hubungan terbalik, diet berkadar gula tinggi gizinya tidak berkurang dibandingkan diet berkadar gula rendah. Umumnya pembatasan asupan gula diikuti oleh peningkatan konsumsi lemak. Pangan berlemak negandung zat gizi lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Dalam beberapa kasus, diet berkadar gula tinggi mengandung zat gizi mikro, terutama kalsium dan riboflavin dalam jumlah yang memadai.

2.      Mengapa pangan yang sama memiliki IG yang berbeda?

Ada tiga faktor utama penyebab perbedaan IG pangan yang sama, yaitu varietas tanaman sumber pangan, pengolahan (misalahnya penggilingan dan pemanasan), dan pemilihan pangan acuan (roti atau glukosa). Bila IG pangan tertentu adalah 80 dengan roti sebagai pangan acuan (IG = 70) maka IG-nya dengan glukosa sebagai pangan acuan (IG = 100) adalah (70/100) x 80 = 57.

3.      Apakah setiap kali makan (pagi, siang, malam) kita harus mengonsumsi pangan yang memiliki IG rendah untuk memperoleh manfaatnya?

Efek mengonsumsi pangan rendah IG terus berlangsung hingga ke makan berikutnya. Mengonsumsi pangan rendah IG pada pagi hari dapat menurunkan IG pangan makan siang. Namun, dianjurkan untuk mengonsumsi pangan rendah IG paling sedikit dua kali sehari.

4.     Roti dan kentang memiliki IG tinggi, masing-masing 70 dan 80. Apakah berarti bahwa penderita diabetes harus menjauhi roti dan kentang?

Roti dan kentang memainkan peran penting pada diet tinggi karbohidrat-rendah lemak, walaupun tujuan kedua dari pelaksanaan diet bagi penderita diabetes adalah menurunkan IG diet. Hanya sekitar setengah karbohidrat harus ditukar dari IG tinggi ke IG rendah sehingga mencapai ukuran untuk penanganan diabetes. Pada penanganan penderita diabetes, pesan penting adalah diet harus berkadar lemak rendah dan berkadar karbohidrat tinggi. Hal ini tidak hanya memperbaiki kadar gula menyeluruh dan pengendalian lipid (lemak), tetapi juga menurunkan berat tubuh.

5.      Apakah ada kaitannya antara IG dan respon insulin?

Pada umumnya, berbagai penelitian telah menemukan suatu korelasi antara IG pangan dan respon insulin. Terkadang respon insulin lebih tinggi atau lebih rendah dari yang diharapkan. Kehadiran protein akan meningkatkan respon insulin secara seimbang.lemak dengan jumlah yang banyak dapat memperlambat respon glikemik, tetapi tidak respon insulin. Namun kita harus menghindari pangan berkadar lemak tinggi.



0 komentar:

Posting Komentar