RSS

Anemia Gizi Besi, Bahaya atau tidak?

            Zaman  sekarang banyak perempuan yang terkena anemia gizi besi, waw...apaan tuh anemia gizi besi? Apa kurang makan besi? Makanan apa yah itu anemia gizi besi? bentuknya seperti apa yah? Nah, sekarang mizzdiet mau membahas soal anemia gizi besi, karena rata-rata perempuan indonesia terkena penyakit ini. Yuuuu, mari kita baca bersama...

Anemia biasanya dikenal orang awam dengan sebutan kurang darah. Zat besi adalah salah satu unsur gizi yang merupakan komponen pembentuk Hemoglobin (Hb) atau biasa disebut sel darah merah. Oleh karena itu disebut Anemia Gizi Besi.
            Anemia gizi besi ini muncul diakibatkan oleh tidak adanya cadangan zat besi dalam tubuh sehingga cadangan zat besi untuk eritropoesis (proses pembentukan eritrosit yang terjadi di sumsum tulang) berkurang yang sehingga kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah kurang.
 Anemia gizi besi ini biasanya ditandai dengan turunnya kadar Hb total di bawah nilai normal.  Biasany anda-tanda ini bisa menggangu metabolisme energi sehingga dapat menurunkan produktivitas. Anemia gizi besi biasanya disebabkan oleh kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi, menderita penyakit ganguan pencernaan sehingga mengganggu penyerapan zat besi, luka yang menyebabkan pendarahan besar, persalinan, menstruasi, atau cacingan.

Kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi, merupakan salah satu penyebab terjadinyan anemia. Bahan makanan yangb tinggi mengandung zat besi adalah hati dan daging, terdapat juga pada sayuran hijau, kacang-kacangan dan olahannya.          
Selain dari konsumsi makanan yang mengandung zat besi, perlu diperhatikan juga  faktor-faktor lain yang mempengaruhi absorpsi zat besi, antara lain macam-macam bahan makanan itu sendiri dan konsumsi teh yang berlebihan. Zat besi yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, jumlah yang dapat diabsorpsi hanya sekitar 1-6 %, sedangkan zat besi yang berasal dari hewani 7-22 %. Didalam campuran susunan makanan, adanya bahan makanan hewani dapat meninggikan absorpsi zat besi yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Faktor ini mempunyai arti penting dalam menghitung jumlah zat besi yang dikonsumsi oleh masyarakat yang tak mampu, yang jarang mengkonsumsi bahan makanan hewani.  Zat tanin yang terkandung dalam teh dapat menghambat penyerapanb zat besi dalam tubuh, kemudian zat-zat antioksidan seperti polifenol di dalam teh hijau bisa mengikat zat besi, menghambat penyerapan zat tersebut di dalam pencernaan.
Zat Besi Dalam Bahan Makanan
No.
Bahan Makanan
Zat Besi (mg/100 g)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Hati
Daging Sapi
Ikan
Telur Ayam
Kacang-kacangan
Tepung Gandum
Sayuran Hijau Daun
Umbi-umbian
Buah-buahan
Beras
Susu Sapi
6,0 sampai 14,0
2,0 sampai 4,3
0,5 sampai 1,0
2,0 sampai 3,0
1,9 sampai 14,0
1,5 sampai 7,0
0,4 sampai 18,0
0,3 sampai 2,0
0,2 Sampai 4,0
0,5 sampai 0,8
0,1 sampai 0,4
Sumber : Davidson, dkk, 1973 dalam Husaini, 1989

Zat besi didalam bahan makanan dapat berbentuk hem yaitu berikatan dengan protein atau dalam bentuk nonhem yaitu senyawa besi organic yang kompleks. Ketersediaan zat besi untuk tubuh kita dapat dibedakan antara hem dan nonhem ini. Zat besi hem berasal dari hemoglobin dan mioglobin yang hanya terdapat dalam bahan makanan hewani, yang dapat diabsorpsi secara langsung dalam bentuk kompleks zar besi phorphyrin (“iron phorphyrin kompleks”). Jumlah zat besi hem yang diabsorpsi lebih tinggi daripada nonhem. Untuk seseorang yang cadangan zat besi dalam tubuhnya rendah, zat besi hem ini dapat diabsorpsi lebih dari 35 %, sedangkan buat orang yang simpanan zat besinya cukup banyak (lebih dari 500 gram) maka absorpsi zat besi hem ini hanya kurang lebih 25 %. Dari hasil analisa bahan makanan didapatkan bahwa sebanyak 30 – 40 % zat besi didalam hati dan ikan, serta 50-60 % zat besi dalam daging sapi, kambing, dan ayam adalah dalam bentuk hem. (Cook, dkk dalam Husaini, 1989).

Zat besi nonhem pada umumnya terdapat didalam bahan makanan yang umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti sayur-sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan, buah-buahan dan serealia, dan dalam jumlah yang sedikit daging, ikan dan telur. Zat besi nonhem didalam bentuk kompleks inorganic Fe3+ dipecah pada waktu percernaan berlangsung dan sebagian dirubah dari Fe3+ menjadi Fe2+ yang lebih siap diabsorpsi. Konversi Fe3+ menjadi Fe2+ dipermudah oleh adanya faktor endogenus seperti HCl dalam cairan sekresi gastric, komponen zat gizi yang berasal dari makanan seperti vitamin C, atau daging, atau ikan.

Zat gizi yang telah dikenal luas dan sangat berperanan dalam meningkatkan absorpsi zat besi adalah vitamin C. Vitamin C dapat meningkatkan absorpsi zat besi nonhem sampai empat kali lipat. Vitamin C dengan zat besi mempunyai senyawa ascorbat besi kompleks yang larut dan mudah diabsorpsi, karena itu sayur-sayuran segar dan buah-buahan yang mengandung banyak vitamin C baik dimakan untuk mencegah anemia .
Selain faktor yang meningkatkan absorpsi zat besi seperti yang telah disebutkan, ada pula faktor yang menghambat absorpsi zat besi. Faktor-faktor yang menghambat itu adalah tannin dalam the, phosvitin dalam kuning telur, protein kedelai, phytat, fosfat, kalsium, dan serat dalam bahan makanan (Monsen and Cook dalamHusaini, 1989). Zat-zat gizi ini dengan zat besi membentuk senyawa yang tak larut dalam air, sehingga lebih sulit diabsorpsi. Seseorang yang banyak makan nasi, tetapi kurang makan sayur-sayuran serta buah-buahan dan lauk-pauk, akan dapat menjadi anemia walaupun zat besi yang dikonsumsi dari makanan sehari-hari cukup banyak. Kecukupan konsumsi zat besi Nasional yang dianjurkan untuk anak balita berumur 1-3 tahun adalah 8 mg, sedangkan untuk anak balita berumur 4-6 tahun adalah 9 mg (Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 2003)

Gejala anemia defisiensi dapat digolongkan menjadi 3 golongan besar berikut ini
a. Gejala Umum Anemia
Gejala umum anemia yang disebut juga sebagai sindrom anemia dijumpai pada anemia defisiensi jika kadar hemoglobin turun dibawah 7-8g/dl. Gejala ini berupa badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang, serta telinga mendenging.
 b. Gejala khas akibat defisiensi besi
Gejala yang khas dijumpai pada difisiensi besi yang tidak dijumpai pada anemia jenis lain adalah sebagai berikut.
·         Koilorikia : kuku sendok (spoon nail) kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertical,
    dan menjadi cekung sehingga mirip seperti sendok.
·         Atrofi papila lidah : permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil
     lidah menghilang.
·         Stomatitis angularis : adanya peradangan pada sudut mulut, sehingga tampak
       sebagai bercak berwarna pucat keputihan.
·         Disfagia : nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring.
·         Atropi mukosa gaster sehingga menimbulkan aklorida.

 c. Gejala penyakit dasar
Pada anemia defisiensi besi dapat dijumpai gejala-gejala penyakit yang menjadi penyebab anemia defisiensi. Misalnya pada anemia akibat penyakit cacing tambang dijumpai dyspepsia, parotis membengkak, dan kulit telapak tangan berwarna kuning.
 DAMPAK Anemia Gizi Besi
  
Anak-anak :
1.     Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.
2.    Menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan otak.
3.    Meningkatkan risiko menderita penyakit infeksi karena daya tahan tubuh menurun.
Wanita :
1.     Anemia akan menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah sakit.
2.    Menurunkan produktivitas kerja.
3.    Menurunkan kebugaran.
Remaja putri :
1.     Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.
2.    Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai optimal.
3.    Menurunkan kemampuan fisik olahragawati.
4.    Mengakibatkan muka pucat.
Ibu hamil :
1.     Menimbulkan perdarahan sebelum atau saat persalinan.
2.    Meningkatkan risiko melahirkan Bayi dengan Berat Lahir Rendah atau BBLR (<2,5 kg).
3.    Pada anemia berat, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan/atau bayinya.

0 komentar:

Posting Komentar