RSS

Berkenalan lebih dekat dengan Indeks Glikemiks Pangan



Sebelumnya mizzdiet sudah pernah membahas tentang karbohidrat, sekarang mizzdiet mau membahas tentang indeks glikemik yang secara langsung berhubungan dengan karbohidrat. Yuuuu...langsung dibaca...

Indeks glikemik (IG) memberi petunjuk kepada efek faali makanan (pangan) pada kadar gula darah dan respon insulin. Indeks glikemik memberikan cara yang lebih mudah dan efektif untuk mengendalikan fluktuasi kada gula (glukosa) darah. Dengan mengenal karbohidrat berdasarkan efeknya terhadap kadar gula ddan dan respon insulin, yaitu karbohidrat menurut IG-nya, kita dapat memilih jumlah dan jenis karbohidrat (pangan) yang tepat untuk meningkatkan dan menjaga kesehatan.
Indeks glikemik adalah tingkatan pangan menurut efeknya terhadap kada gula darah. Pangan yang menaikkan kadar gula darah dengan cepat memiliki IG tinggi. Sebaliknya, pangan yang menaikkan kadar gula darah dengan lambat memiliki IG rendah. IG memberikan “cerita yang benar” mengenai karbohidrat dan kaitannya dengan kadar gula darah.
IG membolehkan penderita diabetes memilih jenis karbohidrat yang tepat untuk mengendalikan gula darahnya. Dengan mengetahui IG pangan, penderita diabetes dapat meilih makanan yang tidak menaikkan gula adarah secara dratis sehingga kadar gula darah dapat terkontrol pada tingkat yang aman.

BAGAIMANA KARBOHIDRAT BEKERJA ?

Darah mempertahankan kadar glukosa pada taraf tertentu untuk fungsi otak dan sistem saraf pusat. Jaringan ini tidak dapat berfungsi baik tanpa glukosa. Untuk menjamin suplai glukosa terus-menerus, tubuh menyimpan cadangan glukosa di hati dan otot dalam bentuk glikogen. Bila tubuh telah menggunakan cadangan glukosa ini maka tubuh akan memecah protein otot untuk mensintesis glukosa. Konsumsai karbohidrat yang rendah akan membuat kehilangan jaringan otot, bukan lemak dan air. Konsumsi karbohdirat yang rendah tidak banyak membantu menurunkan berat badan tubuh karena simpanan lemak dlaam tubuh tidak bisa dipecah menjadi glukosa. Anjurannya, kita harus memenuhi kebutuhan energi sebanyak 50-60% dari karbohidrat.
Secara luas diyakini bahwa karbohidrat kompleks misalanya beras dan kentang, dicerna dan diserap dengan lambat sehingga menyebabkan sedikit peningkatakan kadar gula darah. Di sisi lain, karbohidrat sederhanan dianggap dicerna dan diserap dengan cepat sehingga menyebabkan peningkatan kadar gula darah yang cepat dan besar. Anggapan ini  salah. Kejutan pertama adalah banyak pangan karbohidrat seperti roti, kentang dan berbagai jenis beras yang bila dicerna dan diserap sangat cepat. Kedua, pangan bergula tinggi seperti permen dan ice cream dalah jumlah sedang tidak meningkatkan kadar gula darah secara drastis.
Karbohidrat dalam pangan yabng dipecah dengan cepat selama pencernaan memiliki IG tinggi. Respon gula darah terhadap jenis pangan (karbohidrat) ini cepat dan tinggi. Dengan kata lain, glukosa dalam aliran darah meningkat dengan cepat. Sebaliknya, karbohidrat yang dipecah dengan lambat memiliki IG rendah sehingga melepaskan glukosa dalah darah dengan lambat. Indeks glikemik glukosa murni ditetapkan 100 dan digunakan sebagai acuan untuk menentukan IG pangan lain
Indeks glikemik pangan campuran berada diantara IG pangan tertinggi dan IG pangan terendah diantara komponen penyusun pangan tersebut. Oleh karena itu, membuat menu makanan lebih bervariasi juga menurunkan IG pangan keseluruhan.
Kecepatan peningkatan kadar gula darah berbedda untuk setiap jenis pangan. Maka dar itu dianjurkan untuk meningkatkan konsumsi pangan dengan IG rendah dan mengurangi konsumsi pangan dengan IG tinggi. Tujunannya adalah untuk mengurangi beban glikemik pangan secara keseluruhan. Beban glikemik bertujuan utnuk menilai dampak konsumsi karbohdirat dengan memperhitungkan IG pangan. Beban glikemik memberikan informasi yang lebih lengkap mengenai pengaruh konsumsi pangan aktual terhadap peningkatan kadar gula darah.
Indeks glikemis hanyan memberikan informasi mengenai kecepatan perubahan karbohidrat menjadi gula darah. IG tidak memberikan informasi mengenai banyaknya karbohidrat dabn dampak pangan tertentu terhadap kadar gula darah.
Kandungan karbohidrat berbeda dari pangan yang satu ke pangan lain. Kelemahan IG tampak bila membandingkan kandungan karbohidrat pada pangan yang berbeda. Sebagai contoh, IG kentang panggang adalah 121 (IG tinggi). Dengan demikian, menjadikan kentang sebagai pangan harus dihindari. Demikian juga wortel, pangan ini termasuk kategori pangan tinggi IG (IG=131). Namun, tidak bijaksana menganjurkan orang untuk menjauhi wortel dan tidak mungkin orang mampu mengonsumsi 50 gr karbohidrat dari wortel dalam sekali makan.

CARA MENGHITUNG INDEKS GLIKEMIK

Beban glikemik didefinisikan sebagai IG pangan dikalikan dengan kandungan karbohidrat pangan tersebut, beban glikemik menggambarkan kualitas dan kuantitas karbohidrat dan interaksinya dalam pangan.
BG   = IG x CHO..............(*)
Keterangan :
BG      : Beban Glikemik
IG        : Indeks Glikemik (%)
CHO   : Kandungan karbohidrat pangan
Dari persamaan (*) terlihat bahwa BG berbanding lurus dengan kandungan karbohidrat. Artinya, makin tinggi kandungan karbohidrat makin besar BG pangan untuk IG yang sama. Setiap untu BG pangan mewakili 1 g karbohidrat dari pangan acuan (misal roti tawar). Sebagai contoh, BG dari ½ mangkok wortel (kandungan karbohidrat 8 gr) adalah 8 x 131% atau 10,48.

BEBERAPA HAL PENTING TENTANG INDEKS GLIKEMIK

Apakah gula menyebabkan diabetes? atau, apakaha gula semanis yang orang kira? Pada tingkat konsumsi normal, gula tidak menyebabkan diabetes. Berikut beberapa hal yang perlu diketahui atau sering ditanyakan berkaitan dengan IG pangan.

1.      Apakah lebih baik mengonsumsi karbohidrat komplek daripada kabohidrat sederhana?

Dalam konteks IG, tidak ada perbedaan yang mencolokj antara karbohidrat komplek dan sederhana. Beberapa gbula sederhana, seperti fruktosa memiliki IG rendah.
Karbohidrat kompleks (pati) ada yang memiliki IG rendah dan ada pula yang tinggi, tergantung jenis dan cara pengolahannya. Roti, kentang atau pati yang mengalami penggilingan hingga halus memiliki IG tinggi. Sementara biji-bijian terutama yang masih utuh memiliki IG sedang atau rendah.
Oleh karena itu, kita tidak perlu menghindari gula. Hal yang sama juga berlaku untuk lemak, lemak dalam jumlah tertentu sangat dibutuhksn oleh tubuh. Namun lemak dan gula cenderung menunjukkan hubungan terbalik, diet berkadar gula tinggi gizinya tidak berkurang dibandingkan diet berkadar gula rendah. Umumnya pembatasan asupan gula diikuti oleh peningkatan konsumsi lemak. Pangan berlemak negandung zat gizi lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Dalam beberapa kasus, diet berkadar gula tinggi mengandung zat gizi mikro, terutama kalsium dan riboflavin dalam jumlah yang memadai.

2.      Mengapa pangan yang sama memiliki IG yang berbeda?

Ada tiga faktor utama penyebab perbedaan IG pangan yang sama, yaitu varietas tanaman sumber pangan, pengolahan (misalahnya penggilingan dan pemanasan), dan pemilihan pangan acuan (roti atau glukosa). Bila IG pangan tertentu adalah 80 dengan roti sebagai pangan acuan (IG = 70) maka IG-nya dengan glukosa sebagai pangan acuan (IG = 100) adalah (70/100) x 80 = 57.

3.      Apakah setiap kali makan (pagi, siang, malam) kita harus mengonsumsi pangan yang memiliki IG rendah untuk memperoleh manfaatnya?

Efek mengonsumsi pangan rendah IG terus berlangsung hingga ke makan berikutnya. Mengonsumsi pangan rendah IG pada pagi hari dapat menurunkan IG pangan makan siang. Namun, dianjurkan untuk mengonsumsi pangan rendah IG paling sedikit dua kali sehari.

4.     Roti dan kentang memiliki IG tinggi, masing-masing 70 dan 80. Apakah berarti bahwa penderita diabetes harus menjauhi roti dan kentang?

Roti dan kentang memainkan peran penting pada diet tinggi karbohidrat-rendah lemak, walaupun tujuan kedua dari pelaksanaan diet bagi penderita diabetes adalah menurunkan IG diet. Hanya sekitar setengah karbohidrat harus ditukar dari IG tinggi ke IG rendah sehingga mencapai ukuran untuk penanganan diabetes. Pada penanganan penderita diabetes, pesan penting adalah diet harus berkadar lemak rendah dan berkadar karbohidrat tinggi. Hal ini tidak hanya memperbaiki kadar gula menyeluruh dan pengendalian lipid (lemak), tetapi juga menurunkan berat tubuh.

5.      Apakah ada kaitannya antara IG dan respon insulin?

Pada umumnya, berbagai penelitian telah menemukan suatu korelasi antara IG pangan dan respon insulin. Terkadang respon insulin lebih tinggi atau lebih rendah dari yang diharapkan. Kehadiran protein akan meningkatkan respon insulin secara seimbang.lemak dengan jumlah yang banyak dapat memperlambat respon glikemik, tetapi tidak respon insulin. Namun kita harus menghindari pangan berkadar lemak tinggi.



Vitamin A

Bulan ini adalah bulan Vitamin A, cocok sepertinya kalau mizzdiet membahas tentang Vitamin A. Mizzdiet jadi ingin membahas Vitamin A karena beberapa hari yang lalu baru melakukan Pembagian Vitamin A di salah satu mall di kota Samarinda, ternyata cukup banyak masyarakat yang menolak untuk diberikan Vitamin A dengan alasan tidak penting. Mmmmmmm, padahal Program Pembagian Vitamin A pada Bulan Februari dan Agustus untuk anak usia 6 bulan - 5 tahun berlangsung setiap tahunnya, tetapi masih banyak masyarakat yang belum tahu betapa pentingnya Vitamin A untuk anak-anak. Yuuu, mari kita bahas apa itu Vitamin A, kenapa mesti diberikan kepada anak Usia 6 bulan - 5 Tahun.



1.  Mengapa Perlu Vitamin A

Vitamin A merupakan zat gizi yang penting (essensial) bagi manusia, karena zat gizi ini tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi dari luar. Tubuh dapat memperoleh vitamin A melalui:

 

·         Bahan makanan seperti : bayam, daun singkong, pepaya matang, hati, kuning telur dan juga ASI.

·         Bahan makanan yang diperkaya dengan vitamin A.

·         Kapsul vitamin A dosis tinggi.

 

Vitamin A penting untuk kesehatan mata dan mencegah kebutaan, dan lebih penting lagi, vitamin A meningkatkan daya tahan tubuh. Anak-anak yang cukup mendapat vitamin A, bila terkena diare, campak atau penyakit infeksi lain, maka penyakit-penyakit tersebut tidak mudah menjadi parah, sehingga tidak membahayakan jiwa anak.


Dengan adanya bukti-bukti yang menunjukkan peranan vitamin A dalam menurunkan angka kematian yaitu sekitar 30%-54%, maka selain untuk mencegah kebutaan, pentingnya vitamin A saat ini lebih dikaitkan dengan kelangsungan hidup anak, kesehatan dan pertumbuhan anak.


2.  Masalah Kurang Vitamin A

Kurang vitamin A (KVA) di Indonesia masih merupakan masalah gizi utama. Meskipun KVA tingkat berat (Xerophthalmia) sudah jarang ditemui, tetapi KVA tingkat subklinis, yaitu tingkat yang belum menampakkan gejala nyata, masih menimpa masyarakat luas terutama kelompok balita. KVA tingkat subklinis ini hanya dapat diketahui dengan memeriksa kadar vitamin A dalam darah di laboratorium.

Masalah KVA dapat diibaratkan sebagai fenomena “gunung es” yaitu masalah Xerophthalmia yang hanya sedikit tampak dipermukaan
                    
Padahal, KVA subklinis yang ditandai dengan rendahnya kadar vitamin A dalam darah masih merupakan masalah besar yang perlu mendapat perhatian. Hal ini menjadi lebih penting lagi, karena erat kaitannya dengan masih tingginya angka penyakit infeksi dan kematian pada balita.


3.  Pencegahan dan Penanggulangan KVA

Prinsip dasar untuk mencegah dan menanggulangi masalah KVA adalah menyediakan vitamin A yang cukup untuk tubuh. Selain itu, perbaikan kesehatan secara umum turut pula memegang peranan.

Dalam upaya menyediakan vitamin A yang cukup untuk tubuh, ditempuh kebijaksanaan sebagai berikut:

·         Meningkatkan konsumsi sumber vitamin A alami melalui penyuluhan
·         Menambahkan vitamin A pada bahan makanan yang dimakan oleh golongan sasaran secara luas (fortifikasi)
·         Distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi secara berkala.

CARA PEMBERIAN

1.  Sasaran

1.1.    Bayi
Kapsul vitamin A 100.000 SI diberikan kepada semua anak bayi (umur 6-11 bulan) baik sehat maupun sakit.
1.2.    Anak Balita
Kapsul vitamin A 200.000 SI diberikan kepada semua anak balita (umur 1-5 tahun) baik sehat maupun sakit.
1.3.    Ibu Nifas
Kapsul vitamin A 200.000 SI diberikan kepada ibu yang baru melahirkan (nifas) sehingga bayinya akan memperoleh vitamin A yang cukup melalui ASI.

Catatan :
Untuk keamanan, kapsul vitamin A 200.000 SI tidak diberikan kepada bayi (6-11 bulan) dan ibu hamil karena merupakan kontra indikasi.     


2.  Dosis Vitamin A

2.1.    Secara Periodik

a.   Bayi umur 6-11 bulan
Satu kapsul vitamin A 100.000 SI tiap 6 bulan, diberikan secara serentak pada bulan Februari atau Agustus
b.  Anak Balita umur 1-5 tahun
Satu kapsul vitamin A 200.000 SI tiap bulan, diberikan secara serentak pada bulan Februari dan Agustus
c.   Ibu Nifas
Satu kapsul vitamin A 200.000 SI dalam masa nifas. Kapsul vitamin A diberikan paling lambat    30 hari setelah melahirkan.

2.2.    Kejadian Tertentu

a.   Xerophthalmia:
Bila ditemukan seseorang dengan salah satu tanda xerophthalmia seperti: buta senja, bercak putih (bercak bitot), mata keruh atau kering

b.  Campak
Anak yang menderita campak, segera diberi satu kapsul vitamin A 200.000 SI. Untuk bayi diberi satu kapsul vitamin A 100.000 SI.


3.  Periode Pemberian

3.1.    Bulan Kapsul
Untuk tujuan pencegahan, pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi diberikan kepada bayi dan anak balita secara periodik, yaitu untuk bayi diberikan setahun sekali pada bulan Februari atau Agustus; dan untuk anak balita enam bulan sekali, dan secara serentak dalam bulan Februari dan Agustus.

Anemia Gizi Besi, Bahaya atau tidak?

            Zaman  sekarang banyak perempuan yang terkena anemia gizi besi, waw...apaan tuh anemia gizi besi? Apa kurang makan besi? Makanan apa yah itu anemia gizi besi? bentuknya seperti apa yah? Nah, sekarang mizzdiet mau membahas soal anemia gizi besi, karena rata-rata perempuan indonesia terkena penyakit ini. Yuuuu, mari kita baca bersama...

Anemia biasanya dikenal orang awam dengan sebutan kurang darah. Zat besi adalah salah satu unsur gizi yang merupakan komponen pembentuk Hemoglobin (Hb) atau biasa disebut sel darah merah. Oleh karena itu disebut Anemia Gizi Besi.
            Anemia gizi besi ini muncul diakibatkan oleh tidak adanya cadangan zat besi dalam tubuh sehingga cadangan zat besi untuk eritropoesis (proses pembentukan eritrosit yang terjadi di sumsum tulang) berkurang yang sehingga kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah kurang.
 Anemia gizi besi ini biasanya ditandai dengan turunnya kadar Hb total di bawah nilai normal.  Biasany anda-tanda ini bisa menggangu metabolisme energi sehingga dapat menurunkan produktivitas. Anemia gizi besi biasanya disebabkan oleh kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi, menderita penyakit ganguan pencernaan sehingga mengganggu penyerapan zat besi, luka yang menyebabkan pendarahan besar, persalinan, menstruasi, atau cacingan.

Kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi, merupakan salah satu penyebab terjadinyan anemia. Bahan makanan yangb tinggi mengandung zat besi adalah hati dan daging, terdapat juga pada sayuran hijau, kacang-kacangan dan olahannya.          
Selain dari konsumsi makanan yang mengandung zat besi, perlu diperhatikan juga  faktor-faktor lain yang mempengaruhi absorpsi zat besi, antara lain macam-macam bahan makanan itu sendiri dan konsumsi teh yang berlebihan. Zat besi yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, jumlah yang dapat diabsorpsi hanya sekitar 1-6 %, sedangkan zat besi yang berasal dari hewani 7-22 %. Didalam campuran susunan makanan, adanya bahan makanan hewani dapat meninggikan absorpsi zat besi yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Faktor ini mempunyai arti penting dalam menghitung jumlah zat besi yang dikonsumsi oleh masyarakat yang tak mampu, yang jarang mengkonsumsi bahan makanan hewani.  Zat tanin yang terkandung dalam teh dapat menghambat penyerapanb zat besi dalam tubuh, kemudian zat-zat antioksidan seperti polifenol di dalam teh hijau bisa mengikat zat besi, menghambat penyerapan zat tersebut di dalam pencernaan.
Zat Besi Dalam Bahan Makanan
No.
Bahan Makanan
Zat Besi (mg/100 g)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Hati
Daging Sapi
Ikan
Telur Ayam
Kacang-kacangan
Tepung Gandum
Sayuran Hijau Daun
Umbi-umbian
Buah-buahan
Beras
Susu Sapi
6,0 sampai 14,0
2,0 sampai 4,3
0,5 sampai 1,0
2,0 sampai 3,0
1,9 sampai 14,0
1,5 sampai 7,0
0,4 sampai 18,0
0,3 sampai 2,0
0,2 Sampai 4,0
0,5 sampai 0,8
0,1 sampai 0,4
Sumber : Davidson, dkk, 1973 dalam Husaini, 1989

Zat besi didalam bahan makanan dapat berbentuk hem yaitu berikatan dengan protein atau dalam bentuk nonhem yaitu senyawa besi organic yang kompleks. Ketersediaan zat besi untuk tubuh kita dapat dibedakan antara hem dan nonhem ini. Zat besi hem berasal dari hemoglobin dan mioglobin yang hanya terdapat dalam bahan makanan hewani, yang dapat diabsorpsi secara langsung dalam bentuk kompleks zar besi phorphyrin (“iron phorphyrin kompleks”). Jumlah zat besi hem yang diabsorpsi lebih tinggi daripada nonhem. Untuk seseorang yang cadangan zat besi dalam tubuhnya rendah, zat besi hem ini dapat diabsorpsi lebih dari 35 %, sedangkan buat orang yang simpanan zat besinya cukup banyak (lebih dari 500 gram) maka absorpsi zat besi hem ini hanya kurang lebih 25 %. Dari hasil analisa bahan makanan didapatkan bahwa sebanyak 30 – 40 % zat besi didalam hati dan ikan, serta 50-60 % zat besi dalam daging sapi, kambing, dan ayam adalah dalam bentuk hem. (Cook, dkk dalam Husaini, 1989).

Zat besi nonhem pada umumnya terdapat didalam bahan makanan yang umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti sayur-sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan, buah-buahan dan serealia, dan dalam jumlah yang sedikit daging, ikan dan telur. Zat besi nonhem didalam bentuk kompleks inorganic Fe3+ dipecah pada waktu percernaan berlangsung dan sebagian dirubah dari Fe3+ menjadi Fe2+ yang lebih siap diabsorpsi. Konversi Fe3+ menjadi Fe2+ dipermudah oleh adanya faktor endogenus seperti HCl dalam cairan sekresi gastric, komponen zat gizi yang berasal dari makanan seperti vitamin C, atau daging, atau ikan.

Zat gizi yang telah dikenal luas dan sangat berperanan dalam meningkatkan absorpsi zat besi adalah vitamin C. Vitamin C dapat meningkatkan absorpsi zat besi nonhem sampai empat kali lipat. Vitamin C dengan zat besi mempunyai senyawa ascorbat besi kompleks yang larut dan mudah diabsorpsi, karena itu sayur-sayuran segar dan buah-buahan yang mengandung banyak vitamin C baik dimakan untuk mencegah anemia .
Selain faktor yang meningkatkan absorpsi zat besi seperti yang telah disebutkan, ada pula faktor yang menghambat absorpsi zat besi. Faktor-faktor yang menghambat itu adalah tannin dalam the, phosvitin dalam kuning telur, protein kedelai, phytat, fosfat, kalsium, dan serat dalam bahan makanan (Monsen and Cook dalamHusaini, 1989). Zat-zat gizi ini dengan zat besi membentuk senyawa yang tak larut dalam air, sehingga lebih sulit diabsorpsi. Seseorang yang banyak makan nasi, tetapi kurang makan sayur-sayuran serta buah-buahan dan lauk-pauk, akan dapat menjadi anemia walaupun zat besi yang dikonsumsi dari makanan sehari-hari cukup banyak. Kecukupan konsumsi zat besi Nasional yang dianjurkan untuk anak balita berumur 1-3 tahun adalah 8 mg, sedangkan untuk anak balita berumur 4-6 tahun adalah 9 mg (Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 2003)

Gejala anemia defisiensi dapat digolongkan menjadi 3 golongan besar berikut ini
a. Gejala Umum Anemia
Gejala umum anemia yang disebut juga sebagai sindrom anemia dijumpai pada anemia defisiensi jika kadar hemoglobin turun dibawah 7-8g/dl. Gejala ini berupa badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang, serta telinga mendenging.
 b. Gejala khas akibat defisiensi besi
Gejala yang khas dijumpai pada difisiensi besi yang tidak dijumpai pada anemia jenis lain adalah sebagai berikut.
·         Koilorikia : kuku sendok (spoon nail) kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertical,
    dan menjadi cekung sehingga mirip seperti sendok.
·         Atrofi papila lidah : permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil
     lidah menghilang.
·         Stomatitis angularis : adanya peradangan pada sudut mulut, sehingga tampak
       sebagai bercak berwarna pucat keputihan.
·         Disfagia : nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring.
·         Atropi mukosa gaster sehingga menimbulkan aklorida.

 c. Gejala penyakit dasar
Pada anemia defisiensi besi dapat dijumpai gejala-gejala penyakit yang menjadi penyebab anemia defisiensi. Misalnya pada anemia akibat penyakit cacing tambang dijumpai dyspepsia, parotis membengkak, dan kulit telapak tangan berwarna kuning.
 DAMPAK Anemia Gizi Besi
  
Anak-anak :
1.     Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.
2.    Menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan otak.
3.    Meningkatkan risiko menderita penyakit infeksi karena daya tahan tubuh menurun.
Wanita :
1.     Anemia akan menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah sakit.
2.    Menurunkan produktivitas kerja.
3.    Menurunkan kebugaran.
Remaja putri :
1.     Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.
2.    Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai optimal.
3.    Menurunkan kemampuan fisik olahragawati.
4.    Mengakibatkan muka pucat.
Ibu hamil :
1.     Menimbulkan perdarahan sebelum atau saat persalinan.
2.    Meningkatkan risiko melahirkan Bayi dengan Berat Lahir Rendah atau BBLR (<2,5 kg).
3.    Pada anemia berat, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan/atau bayinya.